Sabtu, 10 Desember 2011

DISDIKPORA PROVINSI BALI PERINGATI HARI AKSARA INTERNASIONAL KE-46 DI KABUPATEN TABANAN AKSARA MEMBANGUN PERDAMAIAN DAN KARAKTER BANGSA

DISDIKPORA PROVINSI BALI PERINGATI HARI AKSARA INTERNASIONAL KE-46 DI KABUPATEN TABANAN AKSARA MEMBANGUN PERDAMAIAN DAN KARAKTER BANGSA Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, disingkat UNESCO) merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada 1945. Tujuan organisasi adalah mendukung perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki. Salah satu program UNESCO adalah membrantas buta aksara, dan Indonesia sendiri mendapat apresiasi positif terhadap penanganan buta aksara tersebut. Khususnya di Bali, untuk memperingati hari aksara Internasional Kadisdikpora Bali melaksanakan pameran keaksaraan fungsional tepatnya di Gedung Mario Kabupaten Tabanan pada rabu (7/12). Acara ini dihadiri oleh, Kadisdikpora Bali, Bupati Tabanan, Ketua DPRD Tabanan, Ketua LPM Undiksha, Kabid PNFI Bali, dan Kadisdikpora Buleleng. Peringatan kali ini juga mengundang UPT SKB dan PKBM se Bali, baik untuk menghadiri hajatan insan/lembaga penyelenggara keberaksaraan dan pendidikan kesetaraan dan juga mengisi stand pameran yang dilaksanakan pada hari tersebut. Acara dimulai pada pk. 09.00 wita, diawali denagn pementasan tari Sekar Jagat, dilanjutkan dengan menyanyinyikan lagu Indonesia Raya, Mars wajib belajar. Selanjutnya adalah laporan dari ketua panitia kegiatan Wayan Sudarsana Kabid PNFI provinsi Bali. Pada laporannya, Sudarsana mengatakan bahwa tama dari acara hari itu adalah “aksara membangun perdamaian dan karakter bangsa”, dengan sub tema “melalui peringatan hari aksara internasional ke-46 kita tingkatkan kualitas manusia yang berkarakter dan berbudaya damai”. Menurut Sudarsana, buta aksara terkait dengan kebodohan, kemiskinan, dan ketidakberdayaan. Oleh karena itu UNESCO mengeluarkan program tentang tanggungan putus sekolah. “Kasus buta aksara di Bali untuk masyarakat yang berusia 15 - 44 tahun mencapai 49.385 orang, dan umur 45-ke atas mencapai 284.821 orang”, tegas Sudarsana. Hal yang senada juga disampaikan oleh Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti dalam sambutannya ketika menghadiri peringatan hari aksara internasional tersebut. Menurut Eka, aksara sangat penting dalam kehidupan, karena aksara dapat membangun kehidupan bangsa, mencerdaskan, dan berpikir untuk menerima segala teknologi. “jika kita hanya mengrti arti buta aksara, tapi tidak meyakini untuk memberantasnya, maka tentu hanya sebagai wacana saja”, ujar Eka. Selain, itu Kadisdikpora Provinsi Bali Drs. Ida Bagus Anom, MPd. yang pada kesempatan itu mewakili Gubernur Bali, dalam sambutannya mengatakan bahwa amanat UUD’45 pendidikan adalah hak setiap warga Negara, dan disertai upaya perbaikan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, untuk memberantas buta aksara pemerintah sudah menjalankan program wajib belajar 9 tahun. “Pemberantasan buta aksara sudah mengalami peningkatan sebanyak 0,23% (dari 2,8% menjadi 2,63%”, tegas Bagus Anom. Diakhir sambutannya Bagus Anom berpesan kepada kita semua, bahwa sesungguhnya kita terlahir dan terbentuk dari berbagai aksara. “Jadi setiap insan tidak boleh buta aksara”, pungkas Bagus Anom. Pada kesempatan yang sama TPI juga sempat mewawancarai Kadisdikpora Buleleng Drs. I Gede Suyasa, M.Pd. satu-satunya Kadisdik yang hadir pada acara tersebut menyambut positif peringatan hari aksara internasional kali ini. Menurut Suyasa, peringatan ini bertujuan agar kita mengingat bahwa di Bali, khususnya di Buleleng masih ada masyarakat yang masih buta aksara. “Kegiatan pemberantasan buta aksara di Buleleng pada tahun 2010/2011 difokuskan untuk usia diatas 44 tahun, dan kami sudah melaksanakan kegiatan tersebut dengan bekerjasama dengan pihak Undiksha”, ujar Suyasa. Acara kemudian dilanjutkan dengan acara hiburan yang terdiri dari, pementasan tari Puspa Hredaya oleh pemenang Jambore 2011 tingkat nasional (duta Kabupaten Karangasem), dilanjjtkan dengan pementasan tari Topeng dari Kabupaten Gianyar, kunjungan Kadisdikpora Bali ke stand pameran, dan demonstrasi peserta pameran. Diakhir acara, Bagus anom juga mengikuti acara hiburan yaitu hiburan Joged, dan “ngibing” dengan penuh ekspresi, sehingga tepuk tangan penonton sangat gemuruh membelah angkasa. Semoga pemberantasan buta aksara ini tidak hanya sekedar wacana, dan benar-benar dilaksanakan. (rvn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar